Melinjo | ||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Melinjo | ||||||||||||||
Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||||
| ||||||||||||||
Nama binomial | ||||||||||||||
Gnetum gnemon L. |
Melinjo (Gnetum gnemon L.) atau dalam bahasa Sunda disebut Tangkil adalah suatu spesies tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae) berbentuk pohon yang berasal dari Asia tropik dan Pasifik Barat. Melinjo dikenal pula dengan nama belinjo, mlinjo (bahasa Jawa), tangkil (bahasa Sunda) atau bago (bahasa Melayu dan bahasa Tagalog). Melinjo banyak ditanam di pekarangan sebagai peneduh atau pembatas pekarangan dan terutama dimanfaatkan "buah" dan daunnya.
Berbeda dengan anggota Gnetum lainnya yang biasanya merupakan liana, melinjo berbentuk pohon.
Deskripsi botani
Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbentuk pohon yang berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina). Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril yang berdaging.
Pemanfaatan
Melinjo jarang dibudidayakan secara intensif. Kayunya dapat dipakai sebagai bahan papan. Daun mudanya (disebut sebagai so dalam bahasa Jawa) digunakan sebagai bahan sayuran (misalnya pada sayur asem). "Bunga" (jantan maupun betina) dan bijinya yang masih kecil-kecil (pentil) maupun yang sudah masak dijadikan juga sebagai sayuran. Biji melinjo juga menjadi bahan baku emping.
Sebagai sumber pangan, biji melinjo mengandung kadar urea agak tinggi sehingga konsumsi berlebihan sebaiknya dihindari.
Biji melinjo yang terbungkus aril. | Sayur asem menggunakan biji melinjo (di bagian kiri bawah, berbentuk kapsul) sebagai salah satu sayuran pelengkapnya. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar